
2014, Nokia merger sama Microsoft. Salah satu langkah barunya waktu itu, buat ponsel murah meriah pake Android, buat premium pake Windows.
Buat murah meriah, ada Nokia X dan XL. Keduanya sekilas mirip Lumia (seri premium Nokia) dari desain bodi sampai user interface-nya. Jadi bodi uda berkesan mahal ditambah user interface mirip Windows (padahal sistemnya Android) jadi buat mayoritas orang lebih mudah pakenya (ga ada widget di sana sini yang bikin pusing, dll).
Tapi sayang secara spek dan harga kurang worth it. Di saat ponsel uda banyak yang pake kamera belakang 8MP, Nokia X masih pake 3MP, bahkan XL cuma 5MP. Belum lagi layar yang ‘cuma’ 4 inci (X) dan 5 inci (XL). Terus juga RAM cuma 512MB (X) dan 768MB (XL).
Secara software juga, Nokia ga kasih Play Store di ponsel ini jadi kalau mau install apps harus install manual. Dan juga secara mereka uda merger sama Microsoft, tentu banyak apps Microsoft di dalemnya, misal Bing (bukan Gsearch), Outlook (bukan Gmail), OneDrive (bukan Google Drive), dsb.
Cuma 6 bulan berjalan, penjualan jauh dari harapan, Nokia dibeli total sama Microsoft dan mereka stop total produksi ponsel berbasis Android dan full fokus ke Windows aja. Tetap dengan tantangan yang sama sih, susah buat gaet developer bikin apps di Windows ini karena para developer merasa uda cukup bikin di Android dan iOs, ngapain repot-repot bikin lagi buat ‘pemain ketiga’.
2016, Microsoft Lumia 650 jadi ponsel terakhir yang mereka rilis. Beberapa tahun kemudian, mereka bener-bener keluar dari bisnis ponsel.
2017, Nokia dibeli HMD Global. Kembali pake Android. Potensi gede sih sebenarnya, bodi premium, user interface yang dipermudah buat pengguna awam, dan sistemnya yang pasti pake Android (bukan Symbian, bukan Windows). Tapi sejauh ini secara marketing masih jauh getol daripada waktu sama Microsoft dulu.